
HOV’S – Selain membawa bencana dan kemandegan di berbagai sektor kehidupan dan ekonomi, pandemi Covid-19 beberapa waktu lalu juga membawa sebuah niat atau rencana menjadi kenyataan. Inilah yang dijalani Sieg Garage, sebuah bengkel restorasi dan modifikasi khusus VW klasik yang berada di bilangan Jalan Moh. Kahfi I No.18, Tanah Baru, Beji, Kota Depok, Jawa Barat 16426.
Ya, tepat pada 21 Agustus 2020, Sieg Garage dengan motto ‘Rebuild – Classic – Speed’ ini resmi berdiri mengakomodir penggemar dan pemilik Volkswagen klasik aneka tipe yang ingin membangun kendaraan kesayangannya tersebut. Efek pandemi yang bikin semua sektor jadi tidak bergerak, justru menjadi komitmen Sieg Garage bangkit kembali mewarnai maraknya dunia VW klasik di Tanah Air.
Sieg Garage berintikan punggawa inti yang terdiri dari Didi Wiroto yang juga penggagas dan pendiri bengkel LA-40, lalu Andika Pratama, Dimas Sediyatmo, dan Ardiansyah Septian. Sieg Garage merupakan salah satu bengkel yang merepresentasikan perpaduan generasi ‘kolonial’ dengan ‘milenial’, lantaran diasistensi dedengkot bengkel LA40 yang legendaris saat itu, dan mengandalkan anak muda enerjik yang besar di era milenial.
Bagi Andika, Dimas, dan Ardi, sosok Didi Wiroto merupakan sang paman yang dinilainya masih bisa mengikuti kemajuan dunia hobi VW di Tanah Air secara detail dan up-to-date. Tak heran kalau dalam beberapa event VW, Didi Wiroto kerap dipercaya menjadi juri kontes VW Klasik yang pesertanya banyak mengikuti berbagai aliran resto dan modifikasinya. “Kami memanggilnya dengan ‘Opa Didi’,” senyum Dika, sapaan akrabnya.
Menurut Dika, awal kemunculan Sieg Garage memang punya cerita perjuangan sendiri, tidak mulus seperti yang diharapkan. Berbagai drama di luar ekspektasi juga sempat menghampiri. Namun tempaan semangat dan bimbingan Opa Didi yang masih bertubuh fit tersebut, membuat Dika dan para adiknya ini tetap semangat dan optimis.
“Saat itu Opa Didi juga kerjaannya juga berbeda dari lingkup perbengkelan. Begitu juga saya, masih main jual-beli mobil jepangan dan eropa serta kerjaan lainnya. Usai opa Didi bangun rumah, kita sewa rumah di kavling DKI dekat sini yang punya halaman cukup luas untuk mulai perbengkelan duniawi. Dari sini kita mulai oprek-oprek mobil apa saja, dari milik teman hingga kastemer beneran. Sempat kami pindah lagi ke Depok cari halaman lebih luasan, lantaran orderan garap mobil juga semakin banyak,” cerita Dika.
Sampai akhirnya, Dika meminta Opa Didi untuk kembali balik menekuni bisnis bengkel. Akhirnya mereka sepakat kembali menjalani lagi bengkel dengan semangat dan suasana berbeda. “Intinya, keputusan membuka bengkel guna meneruskan lagi generasi era LA-40 dulu. Saya melihat ada potensi bisa diseriusi dari para keponakan saya ini untuk menghidupkan kembali bisnis bengkel yang pernah saya geluti dengan almarhum kakak saya, mas Bambang Wiroto,” tutur Didi.
Diceritakan oleh Didi, kalau dulu lokasi bengkel LA40 itu merupakan tempat atau rumahnya milik orang tua mereka. Bengkel LA40 akhirnya tutup saat lokasi tersebut harus dijual untuk kebutuhan bengkel, termasuk akhirnya membangun kembali Sieg Garage ini.
**********
Sieg dalam bahasa jerman berarti kemenangan. Dari sini maknanya, bengkel ini bisa meraih target kemenangan dari hasil restorasi dan modifikasi yang dilakukan. Menang dalam artian memberi kepuasan pemiliknya sehingga membawa pencitraan positif bengkel yang diharapkan diteruskan ke orang banyak. Menang dalam artian, mampu mempersembahkan karya sesuai ekspektasi si pemilik membangun mobilnya.
Memperkuat image bengkel sekaligus meneruskan aura LA-40 yang beken di dunia balap lintasan lurus, Sieg Garage akhirnya membuat karya ikon bengkel berupa VW Kodok ikutan turun drag race. “Awalnya kami nonton drag race malam hari di Bandung. Pulang dari sana, kami lantas berdiskusi dan akhirnya sepakat, kami harus perkuat image bengkel, salah satunya lewat ajang drag race ini. Dan, kita akhirnya sepakat siapkan mobil balap berbasis VW Kodok,” ujar Dika.
Terlebih, opa Didi sebagai mentor Sieg Garage ikut tergelitik melihat beberapa teman VW-nya masih konsisten turun di dunia balap VW. Dari situ Opa Didi lantas berkomentar ke Dika, “Yuk kita bikin mobil balap lagi. Ini pun rencana sempat mandeg juga, sampai akhirnya kita siapkan mobil drag Sieg Garage yang berkelir hitam itu. Sebelumnya yang merah saat kami pertama turun.”
Bagi Dika, VW klasik sudah akrab dengan dirinya sejak mulai belajar mengemudi saat SMP. Mulai Beetle, Variant Squareback, hingga Think atau Safari sempat dipakai mengantarnya ke sekolah. “Bahkan saat orang tua saya tidak tahu, saya sering ambil kunci diam-diam dan bawa jalan itu VW yang ada di garasi,” senyumnya.
Cerita awal Sieg Garage berkiprah di drag race, “Dimulai dari VW Kodok merah setir kiri. Ini obsesi saya turun di drag dengan setir kiri. Saya akrab dengan setir kiri karena dulunya Papah itu selalu pakai VW Kodok setir kiri, termasuk saat mengajari saya dengan Kodok setir kiri tersebut. Karena populasinya sedikit di sini, sayang juga ya pakai balap dengan setir kiri. Akhirnya dipensiunkan untuk direstorasi saja,” ungkap Dika.
*********
Guna memperlebar segmen bengkel, Sieg Garage juga membuka diri menerima restorasi dan modifikasi kendaraan non-VW klasik. Bahkan saat HOV’S berkunjung, nampak ada Mercedes-Benz 450 SEL baru selesai direstorasi. Diakui, Sieg Garage juga terus memperkuat literasinya dengan kendaraan lain non-VW untuk mengakomodir mobil Eropa lainnya dan Jepangan yang ingin direstorasi.
“Kami juga terbuka untuk non-VW. Sudah beberapa mobil Eropa dan Jepangan terutama yang datang dari era klasik-retro berkunjung ke sini. Semua kami layani dengan terbuka dan berdiskusi di awal untuk tahu dulu bagaimana keinginan dan selera pemiliknya,” beber Dika.
Mengenai pola layanan restorasi dan modifikasi ini, Dika menjelaskan Sieg Garage menerima order full restoration atau half-restoration. “Untuk full restoration, semua pengerjaan termasuk pemesanan barang komponen utama dan aksesori, kami yang bantu carikan dan pesan. Sementara kalau half-restoration, kami hanya ambil jasa pengerjaannya saja. Semua pemesanan dan pembelian barang komponen onderdil hingga aksesori, biar pemilik mobil yang melakukannya,” jelas Dika.
Diakuinya, Sieg Garage lebih mengutamakan layanan half-restorartion dikarenakan agar bisa lebih fokus dalam pengerjaan bodi, interior, suspensi, hingga mesin, sampai mobil jadi dengan detail sempurna. Selain itu, juga untuk menghindari komplain apabila barang yang dibeli ternyata tidak bisa berfungsi normal. “Kecuali komponen umum seperti ban, velg, sistem suspensi, beberapa suku cadang mesin dan lainnya yang umum dan banyak, ya kita yang beli,” lanjut Dika.
“Biasanya kami hanya mengasistensi untuk pencarian komponen atau onderdil yang dibutuhkan. Termasuk memberi tahu di mana bisa dibeli kalau komponen tersebut ada di sini. Jadi agar yang dibeli itu akurat sesuai yang dibutuhkan, dan tidak bolak-balik mengembalikan kalau terjadi kesalahan yang pastinya buang waktu dan biaya lagi,” pungkas Dika.
SIEG Garage, Jalan Moh. Kahfi I No.18, Tanah Baru, Beji, Kota Depok, Jawa Barat 16426, HP 085781700541, IG: sieg_garage40.