HOVS – Dalam gelaran Jakarta Auto Classic Meet Up (JACMU) 2023 baru-baru ini di Lapangan Banteng Jakarta pada 18-19 Maret 2023 lalu, sosok Volkswagen (VW) Kombi bikinan Brazil tahun 1984/1985 ini cukup menyolok perhatian. Pasalnya, selain warna kuningnya yang ngejreng, bentuk bodi dan aksesori pendukungnya menyita perhatian pengunjung melihat lebih dekat.

Ya, VW Kombi buatan Brazil yang lazim disebut Kombraz ini merupakan milik seorang konten kreator Youtuber sekaligus pelakon bisnis Production House sinematografi yang akrab disapa Rama Boim VW. Selain VW Kombraz ini, Boim -demikian sapaan akrabnya- juga sudah memiliki VW Beetle tahun 1964.

Di tangannya, VW Kombi Brazil tahun produksi 1984/1985 yang sering disebut ‘Clipper’ oleh penggemarnya di Tanah Air, berubah rupa menjadi versi Double Cabin (D-Cab) versi selera Boim. Tak hanya mengubah bodi, interior hingga mesin juga digarap serius agar tak bermasalah diajak jalan jauh.

Ketertarikan Rama Boim terhadap VW Kombi dimulai ketika ia merasa VW Beetle/Kodok yang dimilikinya kurang mengakomodir pekerjaannya yang kadang butuh membawa peralatan cukup banyak. Selain itu, hobi traveling bersama sang istri dan mencari lokasi baru untuk syuting, kerap membuatnya kelimpungan dengan kendaraan kecil.

“Selain membuat film atau video, saya kerap traveling dan eksplorasi mencari destinasi daerah yang layak jadi stok untuk pekerjaan saya. Namun kadang, jalan yang harus dihadapi tidak selalu mulus, butuh mobil yang agak tinggi dan lapang untuk membawa barang,” cerita Boim.

Walhasil, lewat sejumlah drama pencarian, akhirnya ia memutuskan meminang sebuah VW Kombraz dari seorang penggemar VW juga. “Kondisinya cukup apik dan masih banyak serba orisinal. Awalnya mobil ini dibeli agar bisa bawa banyak barang. Tapi dasar saya orangnya gak puas tampilan standar, akhirnya terbersit keinginan; kenapa gak diubah saja sesuai selera, hobi, dan fungsi pekerjaan saya,” ungkapnya.

Dari keinginan tersebut, selanjutnya, ia berkonsultasi dengan Satya Murfi, seorang restorer sekaligus modifikator khusus VW klasik dari gerai Dapur Mobil (Damob) di bilangan Jatisari, Bekasi, Jawa Barat. Rama Boim pun menceritakan segenap kebutuhannya tersebut ke Murfi, sapaan akrab si pemilik gerai.

“Pertama, maunya Boim banyak euy.. Saya tahan dan rinci dulu maunya Boim ini apa saja. Karena buat saya, membangun sebuah VW tetap harus ada konsep jelas. Supaya arah restorasi dan modifikasinya sesuai jalur dan aliran di dunia VW. Intinya, gak salah kaprah,” ujar Murfi yang juga pehobi rokok dan penikmat kopi kelas berat ini.

Disepakati, yang awalnya hanya merestorasi VW Kombi Brazil ini, akhirnya berkembang ekstrem; kudu potong bodi agar berubah jadi Double-Cabin! Konsep Double-Cabin ini pada beberapa detailnya juga terinspirasi kelengkapan Camper Van. Uniknya, semua rencana tersebut digambar dulu oleh Boim. Bila terlihat pas, baru masuk listing pembuatan.

“Inspirasi awal saya mengubah menjadi Double Cabin ini karena pas main ke bengkel Damob, ada VW Kombi Jerman yang sedang diubah juga menjadi Double Cabin namun tetap memfungsikan pintu sliding-nya. Jadi dimensi kabinnya tetap besar. Kebetulan istri saya juga suka. Jadi ya kita pilih model seperti itu,” ungkap Boim.

Namun untuk Kombraz-nya, ia memilih setting kabin dilengkapi jok belakang model roll ‘n bed yang terbuat dari kayu papan sehingga bisa berfungsi menjadi tempat tidur. Saat tidak dipakai untuk tidur, fungsinya sebagai lemari yang bisa menjadi ruang tambahan. Berguna untuk menempatkan barang bawaan saat jalan jauh.

Selain itu, tersedia pula meja tengah yang bisa dilipat apabila tidak dipakai. Sementara pada trim pintu koboinya, disematkan gantungan laci atau kantong fleksibel yang bisa memuat botol minuman atau makanan ringan.

“Boim bilang, ia pengin konsep ada bak belakang agar memudahkannya membawa barang sekaligus shooting video yang terkait pekerjaannya. Selain itu kalau double-cabin asli ruangan kabinnya kan biasanya sebatas satu pintu tengah Kombraz. Tapi ini diambil 2 daun pintu agar kabin lebih luas,” ungkap Murfi.

Sejumlah langkah penyesuaian pun dilakukan Murfi. Bodi utuh dipotong hingga batas pintu ‘koboi’ tengah khas Kombi Brazil. Jadi, mulai batas pilar belakang pintu koboi Kombraz ini yang dibikin menjadi bak. Sementara frame kaca belakang Kombraz, baik yang di sudut maupun kaca belakang di pintu bagasi dimajukan hingga pilar C.

“Jadi sisi kap bagasi dan kaca belakang asli Kombraz tetap bisa dibuka seperti sebelumnya, langsung terkoneksi dengan bak. Sementara untuk pintu bak, menggunakan copotan bagasi kap Kombi Jerman yang lebih lebar. “Tujuannya, agar ruang pintu bak ini bisa terbuka lebih lebar yang memudahkan naik-turun barang,” jelas Boim.

Tak hanya itu, saat pembuatan dek (lantai) bak, Boim meminta Murfi agar sedikit ditinggikan alas deknya. Sehingga ruang kosong yang menempel sisi atas ruang mesin, bisa dimanfaatkan sebagai laci yang bisa menjadi tatakan kompor gas untuk memasak makanan atau memanaskan air, saat harus ber-glamping (glamour-camping) ria di perjalanan.

Dimensi bak pun juga dihitung akurat. Setidaknya mampu menampung Honda Monkey yang dimilikinya. Kalau Kombi Jerman yang diubah Damob untuk bawa sepeda, maka pada Kombraz-nya ini nge-mal baknya dengan mengacu motor mini Honda Monkey.

Rupanya, si Monkey yang nongkrong ini bukan sekadar hiasan bak saja.  “Kenapa motor ini kadang perlu dibawa? Karena berguna saat bolak-balik survei atau jadi mainan di lokasi syuting agar gak ngebosenin. Bisa jadi hiburan tersendiri,” senyum Boim.

Kalau soal pilihan warna kuning menurut Boim, karena sewaktu acara VW di Prambanan Jogja tahun lalu, dirinya kepincut dengan salah satu Kombi Brazil juga yang double door berkelir kuning yang enak dilihat. Tipe warna kuning yang dipilihnya, Yellow Light Chrome.

“Namun yang Kombraz DC saya ini lebih ke kuning, buka ke orange. Jadi lebih ngejreng dilihatnya, eye catching dari jauh sekalipun. Inspirasi kuning ini juga dipengaruhi Land Rover kuning yang sering muncul di pameran GIIAS. Dipadu ban A/T terlihat lebih maskulin,” tutur pria asal Aceh ini.

Selain untuk membawa Honda Monkey kesayangannya, bak Kombraz-nya ini memang didedikasikan untuk kameramennya agar mudah dan leluasa mengambil skena foto atau video untuk konten Youtube ‘BersamaVolkswagen’ yang dilakoninya. “Si kameramen tinggal nongkrong di bak, bisa ambil semua angle menarik dari subyek mobil yang kita ambil, termasuk saat berjalan,” beber Boim.

Tak hanya bak jadi fokus, Boim masih menambahkan fungsi lain di Kombraz DC-nya. Yaitu, penyematan roof-rack hampir sepanjang bodi yang dipesan khusus berikut tangga naiknya. Roof-rack berbahan pipa besi ini diklaim mampu menampung beban hingga ratusan kilogram.

Awalnya ia tertarik dengan tenda kanopi seperti yang berada di Kombi doreng milik Ketua Umum VVC, Pak Pudji Hartanto. Namun akhirnya ia memilih tenda kanopi yang lebih simpel berkat saran Murfy. Tenda kanopi yang didapatnya di Ace Hardware ini lantas disesuaikan bracket-nya agar cocok dilekatkan ke kaki roof rack. “Buka tutupnya gampang. Konstruksinya model huruf X. Tinggal tarik dan dorong untuk melipatnya.”

Menurut Boim, roof rack ini kenapa dibikin panjang, lantaran ia ingin membaginya dalam tiga kompartemen. Bisa untuk roof-tent di paling belakang, posisi tengah untuk barang bawaan, depannya untuk perangkat solar panel. Namun khusus solar panel ini masih tahap pencarian vendor yang tepat. “Solar panel berguna saat di tujuan camping tidak ada sumber listrik.”

Terkait rencana penyematan solar panel, nantinya sumber pengubah sinar matahari menjadi energi listrik ini menjadi alternatif selain power station yang sudah diincarnya juga. Menurut Boim, power station yang berisi inverter, MCB, dan baterai ini mengandalkan sumber listrik dari charging langsung dari listrik rumah atau solar panel itu sendiri. “Pola kerjanya, seperti kalau kita nge-charge power bank,” terang Boim.

Power station ini biasanya sudah digunakan para penggemar Camper Van di Indonesia. Kapasitas baterainya juga cukup besar sehingga bisa dipakai 3 harian untuk mengisi daya kompor listrik yang butuh watt besar, lampu LED, hingga mengisi daya baterai ponsel. “Modelnya yang praktis memang cocok dipakai camping.”

“Fungsi rak ini multiguna. Selain ruang tambahan bawa barang, bisa untuk dudukan si kameramen saat ingin mengambil angle foto atau video lebih tinggi. Fungsi lain, menjadi alas roof-tent sebagai ruang tidur saat harus camping,” imbuh Boim. Roof-rack ini juga menjadi tempat menempelnya tenda kanopi gulung-lipat yang didapatnya di Ace Hardware.

Mendukung aktivitas pergerakannya di berbagai medan jalan tak melulu aspal, ban depan-belakang diganti ban produk GT Radial Savero Komodo MT Plus 27×8.50/R14. Aplikasi ini membuat sosok si Kombraz DC menjadi lebih tinggi dari versi standarnya. “Lebih aman saat harus melewati medan jalan rusak, jalan banjir, namun tetap stabil saat di lari di tol.”

Karena saat didapat PCD velg Kombi Clipper yang 5×112 sudah diubah ke 4×100 ala Jepangan, Boim lantas memodifikasi velg standar (kaleng) Toyota Vios ring 14 inci yang lubang bulat pinggirannya ditutup untuk mencuatkan kesan klasiknya. “Ke depannya, velg-nya pengin pakai Ccompomotive Rally Style itu. Pakai velg ini bikin nuansa ALTO-nya jadi lebih kuat.”

Penyempurnaan selanjutnya, pada sektor penggantian sokbreker nantinya. Awalnya agar terlihat lebih tinggi ground clearance-nya, Boim berencana memakai adjuster yang biasanya dipakai untuk nyeperin. “Namun kali ini pemasangannya dibalik, sehingga bisa bikin tinggi posisi mobil. Ini juga untuk menyesuaikan pelek Compomotive nantinya.”

Namun karena dikawatirkan pemasangannya cukup lama dan belum lagi setting sana-sini, akhirnya Boim berubah pikiran. Terlebih ia mendapat masukan dari Koh Akiun agar lebih baik menggunakan sokbreker depan Kombi yang pakai model per spiral. “Ternyata jauh lebih empuk, kendati tingginya tidak terlalu signifikan,” tuturnya.

Untuk mesin, agar tidak mengalami kendala di perjalanan, sempat dibongkar mekanik VW langganannya, Manto dari 333 Garage. Saat dibuka, ternyata kapasitas mesin sudah 1.700cc dengan kondisi jeroan mesin masih cukup bagus semua menurut Manto.

“Saya pertahankan standarnya semua. Sehingga turun mesin hanya untuk dibersihkan ruang bakarnya, skir klep, pembaruan di paking yang ada, penggantian karburator milik Toyota Kijang yang sudah disesuaikan racikannya, hingga pengecatan cover mesin sewarna bodi agar terlihat clean and simple,” lanjut Boim.


VW Kombi Brazil milik Rama Boim saat baru tiba di Dapur Mobil untuk dilakukan proses restorasi yang berlanjut modifikasi (restomods) menjadi tipe Double Cabin

Penyakit lama di VW klasik yakni soal perkabelan yang menyebabkan pengisian strum jadi tidak optimal, lampu-lampu tidak terang, hingga starter yang lemah, turut diperhatikan Boim. Pasalnya, Kombi DC ini bakal banyak dipakai luar kota. “Untuk pengesetan kabel-kabel, saya percayakan ke Iwan Kabelwagen, spesialis urut perkabelan VW klasik,” sebutnya.

Menilik garapan interior, tampilan standar dashboard berikut pernak-perniknya dipertahankan. Perubahan hanya mencakup penggantian jok depan menjadi sepasang Recaro. Plat sekat antara ruang kabin depan dan belakang juga sudah dipapas.

“Kebetulan saya dapat kombi ini sudah tidak ada sekat pembatasnya. Jadi saya tinggal ganti joknya saja. Kenapa pilihannya ke Recaro, lantaran kontur jok Recaro yang bucket-seat ini entah kenapa cocok di badan saya dan terasa nyaman. Buat perjalanan jauh tidak melelahkan jadinya,” bilang Boim.


Saat proses pengelasan dan mutilasi bagian bodi Kombi menjadi bak

Tampilan dek kabin juga dipercantik dengan flooring carpet berbahan HPL yang banyak dijual di toko supermarket material seperti Mitra10. Selain lebih lembut diinjak, kesan kabin ‘roomy’ yang luas dan nyaman layaknya di rumah bisa didapat. Tak lupa, floor deck juga dilapisi bahan peredam agar intrusi suara luar teredam lebih baik ke kabin.

Satu lagi, berdasar atas pengalaman sebelumnya saat jalan jauh hadir di Jamnas VW di Sumatera Barat, Boim memasang perangkat radio komunikasi rig agar bisa berkomunikasi dengan rekan-rekan seperjalanan.

Dari semua langkah restorasi yang dilanjut modifikasi pada VW Kombi Brazil lansiran 1984-nya, akhirnya Rama Boim VW menuai prestasi yang sepadan. Saat pengumuman pemenang di tiap kategori sebagai hasil pilihan voting pengunjung, ia sukses menyabet gelar juara ‘Best Modified’ – Jakarta Auto Classic Meet Up (JACMU) 2023 dan berhak atas voucher belanja senilai Rp 1,5 juta. Selamat bro!