HOVS – Dalam dunia hobi otomotif, lumrah dijumpai fakta; dari menjalani hobi hingga menekuninya menjadi peluang yang bisa dimanfaatkan bagi sesama penggemar, termasuk menjadikannya sebagai lahan bisnis yang penuh persaudaraan.Itulah yang dialami seorang H. Istiarto Nugroho dengan Kebon VW yang dimilikinya.

Pada 2009, seorang Istiarto Nugroho mendapat inspirasi bagaimana bisa memaksimalkan hobinya dalam memelihara Volkswagen (VW) klasik. Hal tersebut muncul saat hobinya dimulai dengan memiliki VW Kombi Brazil yang dibangunnya ulang. Usai selesai dibangun, ada berminat, akhirnya dijual. Sebagai penggantinya, ia membeli VW Kombi Jerman lansiran 1975 dengan rasa Kombi 1979.

Karena kerap mengotak-atik tunggangannya, akhirnya tercetuslah idenya untuk membuat bengkel yang dapat membantu para penggemar VW sekaligus menjadi tempat berkumpulnya komunitas penggemar mobil pabrikan Jerman tersebut.

“Ya, saya yang saat itu sudah senang oprek-oprek, mengganti girboks bawaan standar Kombi 1975 dengan girboks Kombi juga tapi yang tahun 1979. Karena perbandingan giginya yang lebih halus dan enak diajak ‘lari’ di tol atau trek panjang,” ujar Nugroho, sapaan akrabnya.

Usai puas dengan Kombi 1975-nya ini, kembali ia lepas dan digantikan Kombi Jerman 1977 dengan spesifikasi dan tampilan standaran (original) yang didapatnya pada 2010. Dari sederet pengalamannya saat menikmati VW klasik, ia mendapat berbagai pembelajaran.

Pertama, ia sering mendapat cerita ketidakpuasan dan keluhan dari berbagai teman sehobinya, termasuk dirinya. Banyak bengkel VW klasik yang ternyata kurang amanah dalam menjaga kepercayaan pelanggannya. Terlebih ini menyangkut mobil klasik hobi yang setiap kompartemen bodi hingga mesin sangat berharga dan sudah sulit didapat.

“Yang paling sering terjadi, di soal tidak tepatnya waktu pengerjaan. Lebih ke janji-janji manis saja di awal. Tidak komitmen pada waktu selesainya kapan yang tidak sesuai saat mobil pertama masuk bengkel,” ungkap Nugroho yang juga akrab disapa JiNug ini.

Dari sinilah ia lantas berpikir, ingin mengubah paradigma bengkel VW yang lama, tidak meleset termin waktu pengerjaannya, menjaga kepercayaan konsumen di soal barang-barang yang ada, hingga pengerjaan detail yang bisa menjadi simbol kepuasan si pelanggan.

H. Istiarto Nugroho, pemilik Kebon VW

Beruntung, Nugroho memiliki sebuah lahan miliknya yang tidak terpakai. Dari sini ia pun bertekad ingin mewujudkan obsesinya, dari hanya sekadar penikmat VW klasik, namun kini berubah menjadi pihak yang bisa memberikan kenikmatan dalam ber-VW ria.

“Artinya, saya ingin bikin bengkel yang ‘bersahabat’ dan bisa dipercaya dalam hal apapun. Karena ini titik penting suksesnya sebuah bengkel. Bersahabat dalam artian, akrab berkomunikasi yang bisa memberikan pemahaman dan informasi penting ke pelanggan. Kalau sudah dipercaya pelanggan, maka manfaatkanlah kepercayaan tersebut dengan hasil kerja dan karya optimal serta maksimal,” tutur Nugroho yang juga salah satu dragster andalan JS Speed ini.

Didukung beberapa sahabatnya, akhirnya pada 2011 ia menjadikan lahan lapang yang ditumbuhi berbagai pohon buah tersebut untuk memulai aktivitas bengkel special VW klasiknya. Dari lahan tersebut, Nugroho memulainya hanya dengan memanfaatkan lahan seluas 4×6 meter persegi untuk bengkel perdananya.

Karena berlokasi di lahan kebun buah, mereka sepakat menamakan lokasi nongkrongnya ini dengan ‘Kebon VW’, yang terus berlanjut hingga kini. Lahan yang adem dan dipenuhi pohon buah inipun akhirnya berfungsi sebagai bengkel. Awalnya, bengkel ini juga hanya mengakomodir kebutuhan beberapa temannya yang ingin melakukan service atau reparasi VW klasiknya namun tidak memiliki lahan.

“Jadinya untuk pertama kali, teman-teman datang membawa mekaniknya lalu mengerjakannya di sini bareng-bareng. Selanjutnya, seiring berjalannya waktu di mana dunia VW juga makin ramai, serta pergaulan saya di dunia VW juga terus bertambah, akhirnya saya putuskan untuk bikin bengkel ini lebih serius,” kenang Nugroho.

Sebagai langkah awal, dia mencari tukang las, tukang cat hingga mekanik untuk bisa ‘stay’ di bengkel. “Jadi tidak serabutan lagi hanya untuk mencari siapa tukang lasnya, tukang catnya, dan siapa mekaniknya,” kata Nugroho.

Apalagi untuk operasional bengkel pertamanya ini, ikhtiar Nugroho banyak dibantu teman-temannya. Caranya, mereka membeli VW ‘bahan’ dan menyerahkan pengerjaan restorasinya di Kebon VW. “Ini sungguh cara terbaik mendukung teman. Mereka sodorkan unit VW bahan itu untuk direstorasi. Proses ini yang banyak membantu operasional awal bengkel,” tutur JiNug.

Dari cara membantu dengan memberi pekerjaan membangun VW kondisi bahan, JiNug juga mendapat teman diskusi guna mempertajam literasi. Termasuk sebagai pemilik bengkel dan pengalaman yang pernah dialaminya, Nugroho turut membantu memberikan masukan ke pelanggan barunya.

“Jadi saya coba bantu memberi arahan untuk langkah restorasinya. Mulai nyari bahan yang bagus, model atau jenis apa yang layak dibangun dan nilainya bertambah terus. Hingga membangun yang bagus sekalian untuk kepentingan koleksi, dipakai, dan kontes,” beber Nugroho.

Menurut Nugroho, intinya dalam membangun sebuah bengkel adalah dari sebelumnya penikmat, kini beralih peran sebagai pemberi kenikmatan itu. Karena ini semua sebagai efek dari terkendala dirinya untuk ingin mendapatkan bengkel di mana mobil kita ingin servis dan restorasi, namun hanya janji-janji saja yang didapat.

Berangkat dari hal sederhana demikian, namun memberi motivasi bagi dirinya untuk bisa menjaga marwah bengkel dan kepercayaan pelanggan akan setiap hasil nyatanya.  Dari sekadar menyediakan tempat bagi yang ingin oprek-oprek, akhirnya Kebon VW berkembang tidak hanya restorasi bodi saja. Tapi juga merambah ke servis dan perbaikan mesin, kaki-kaki, hingga sistem perkabelan/kelistrikan.

“Bahkan sekarang saya juga menekuni jual-beli VW lawas ini. Yang artinya target pembelinya kan juga spesial. Yang memang baru mau mulai main VW atau sudah menjadi pemain namun ingin menambah koleksinya. Varian kondisinya ada yang tinggal gas, ada yang harus perbaikan dulu, bahkan ada yang sama sekali bahan. Jadi tergantung dapatnya apa dan apa yang mau kita pasarkan,” jelas Nugroho.

 

Terkait keberadaan team Kebon VW, Nugroho selalu menekankan pentingnya kejujuran dan amanah di setiap jenis pekerjaan. Selanjutnya bertanggung jawab pada yang dikerjakan serta menciptakan suasana kerja seakrab mungkin.

Ia mengakui mendapatkan karyawan seperti tukang las, perkabelan, hingga mekanik juga yang tidak dari nol. Mereka juga datang dari sosok yang lebih ke berpengalaman juga. Pergantian keluar-masuk anggota team juga ada, namun saat datang di team Kebon VW, maka standar kerja yang diberlakukan harus dikuti dan diadaptasi. “Jadi di sini kita saling belajar dan saling memberi. Pergantian awak menurut saya sih wajar ya,” ucap Nugroho.

Diakuinya juga, dalam beberapa hal justru para tukangnya memiliki informasi dan pengalaman yang lebih di atas dirinya. Sehingga ia akhirnya memilih posisi pada posisi mengatur atau memanajerialkan bahkan mengingatkan apa yang masih kurang, agar pekerjaan bisa selesai sesuai waktunya.

Posisi ini juga agar setiap detail pekerjaan tetap terkontrol baik dan tidak ada terlewatkan. “Karena kalo bicara soal pengalaman, seperti mbah Giman mekanik saya ini, pengalamannya di soal mesin dan girboks kan jauh lebih banyak dibanding saya sendiri. Begitu juga repair bodi, kabel dan kaki-kaki. Mereka lebih dulu terjun di dunia ini dibanding saya. Saya hanya mengontrol prosesnya saja.”

Kebon VW menurut Nugroho, kini tak sekadar bengkel saja, jadi diarahkan menjadi semacam ‘one stop service’ ala VW klasik. “Yang mau restorasi total angkat bodi, perbaikan cat per panel, servis ringan, ngedandanin interior, kaki-kaki, ngurut perkabelan, hingga meracik girboks, semuanya bisa didapat di sini,” pungkas Nugroho.

Lokasi Kebon VW berada di Jalan Wibawa Mukti Gg. Durian II No.89, Rt 003/Rw 010, Jatiasih, Kecamatan Jatiasih, Kota Bekasi, Jawa Barat 17422. Ada baiknya sebelum memasukkan mobil ke Kebon VW, bisa menghubungi dulu ponsel gerak-cepat Kebon VW di 0813 8066 2266. Yukk gass…!